Home > catetan perjalanan > Dua Malam di Kampus Unnes

Dua Malam di Kampus Unnes

February 10, 2011 Leave a comment Go to comments

Setelah obrolan pendek disalah satu jejaring sosial, tiba-tiba muncul niatan untuk dolan ke salah satu teman semasa SMA yang telah lama berpisah. Dia lulusan Universitas Negeri Semarang (UNNES) Fakultas Bahasa dan Seni dan sekarang telah bekerja disalah satu sekolah menengah pertama di Semarang. Wahyu Hasnanto, begitulah nama panjangnya yang semasa sma dipanggil Wahyu Cakil. Entah mengapa mendapat julukan itu, saya mengira dulu dia pernah menari memerankan tokoh Cakil atau mungkin bentuk mukanya seperti cakil hingga mendapat julukan tersebut. Tapi tidak mungkin kalau wajahnya menyerupai cakil, karena cakil memiiliki dagu yang panjang. Rahang bawah cakil lebih panjang dari rahang atas mulutnya. Hingga ada sentilan kalau meninggalnya cakil disebabkan karena kesulitan meludah. Penjelasan yang masuk akal mengapa dia mendapatkan predikat cakil adalah dulu dia pernah menari memerankan tokoh Cakil, karena dia memang pandai menari.

Perjalanan menuju Semarang saya tempuh menggunakan kereta api Joglosemar dari Jogjakarta. Keberangkatan kereta dari statasiun Lempuyangan pukul 16.45 WIB, namu seperti kebiasaan kereta lainnya, Joglosemar juga ikut-ikutan telat berangkat. Sekitar pukul 18.00 WIB kereta baru berangkat menuju Semarang. Perjalanan sekitar 3 jam membawa saya sampai di tujuan akhir kereta, yaitu Stasiun Poncol. Turun dari kereta, Wahyu belum menjemput karena memang sebelumnya dia sudah mengabarkan bahwa hanya bisa menjemput di atas pukul sebelas malam. Saya menunggu beberapa jam dengan kesabaran yang kutahan-tahan. Ketidaksabaranku sedikit terobati, karena ada nonton bareng pertandingan piala dunia antara eksebelasan Jepang melawan Paraguay, yang akhirnya dimenangkan Paraguay melalui adu penalti. Nonton bareng yang btuh konsentrasi tinggi karena hanya menonton lewat televisi 14 inch di salah satu sudut stasiun dengan berpuluh orang.

Akhirnya Wahyu Cakil datang juga menjemput, kami pun menuju kampus UNNES. Malam itu dia tidak tidur di kontrakan melainkan menginap di kampus, di ruangan unit kegiatan mahasiswa seni. Walaupun dia sudah lulus kuliah, namun masih aktif mengikuti kegitan mahasiswa terutama di bidang seni karawitan dan tari. Tidur di kampus sepertinya sudah menjadi kebiasaan mahasiswa di sana. Itu terlihat dari sudut ruangan yang mirip kamar kos yang di dalamnya terdapat berbagai perlengkapan sehari-hari. Mulai dari baju, komputer, sabun, kasur dan sebagainya. Dua malam saya menikmati udara sejuk kampus Unnes di Sekaran, Gunungpati Semarang.

Obrolan ringan dengan selingan canda tawa beberapa mahasiswa yang menginap di kampus sedikit gambaran keramahan yang di tawarkan di kampus pencetak guru tersebut. Sepertinya peraturan kampus tidak melarang mahasiswa menginap di kampus. Dengan kelonggaran peraturan tersebut, memberikan manfaat bagi mahasiswa. Interaksi dan keakraban terjalin begitu erat. Pendalaman materi perkuliahan juga bisa diperoleh melalui sharing di luar jam kuliah. Kondisi tersebut juga bisa dimanfaatkan mahasiswa yang terusir dari kos karena tak mampu melunasi uang sewa denga menginap di ruangan unit kegiatan mahasiswa. Untuk mahasiswa kesenian memang tak cukup kuliah di kelas saja, perkuliahan di lapangan melalui praktek nyata akan lebih memberikan pengetahuan dan ketrampilan. Salah satunya jika ada matakuliah yang berhubungan dengan memainkan alat musik dan menari. Dibutuhkan banyak latihan untuk bisa menguasainya. Salah satu media latihan tersebut yaitu unit kegiatan mahasiswa.

Unit kegiatan mahasiswa atau yang dikenal dengan UKM memberikan manfaat positif bagi mahasiswa. Entah yang berkaitan dengan bidang akademis maupun non akademis. Namun yang lebih menonjol yaitu manfaat dalam bidang non akademis. Interaksi dengan mahasiswa dari jurusan lain yang berkumpul dalam satu wadah UKM memberikan manfaat dengan bertambahnya teman sekaligus juga ketrampilan dari materi latihan dari UKM tersebut. Sekilas memang tidak memberikan manfaat yang luar biasa terhadap masa depan mahasiswa dengan mengikuti kegiatan di luar kuliah. Namun pengalaman berorganisasi tidak kalah pentingnya untuk dijadikan bekal kelak jika terjun di masyarakat. Selain keuntungan tersebut, yang tidak kalah penting yaitu bertambahnya teman. Saya beranggapan, dengan banyak teman akan memberikan banyak rejeki pula. Rejeki yang berupa dukungan finansial maupun melalui perhatian kasih sayang sesama teman seperjuangan. Saling membantu dan menolong di tanggal tua sudah menjadi kebiasaan rutin dengan saling pinjam uang untuk menyambung hidup. Tak terbayangkan seandainya kuliah jauh dari rumah, tanpa teman dan sanak saudara. Tiada yang bisa dijadikan tempat berkeluh kesah dan dimintai pertolongan. Saya yakin tidak akan bahagia dengan hidup seperti itu. Cepat menua dan akhirnya cepat meninggal pula.

Kembali ke UNNES. Setelah dua malam menginap di kampus orang, saya akhirnya berpamitan untuk kembali ke Jogja. Kali ini saya akan menempuh perjalanan menggunakan angkutan bis. Tiada oleh-oleh makanan yang saya bawa dari Semarang untuk teman-teman di Jogja, oleh-oleh yang saya bawa cuma “selamet sak kresek” dan juga sedikit pengalaman selama dua hari itu. Walau lelah dan sedikit batuk-pilek menyerang, tiada terasa karena terobati dengan jalinan silaturahmi yang selalu terjalin.

Categories: catetan perjalanan
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment