Home > catetan perjalanan > Trayek Semarang-Yogyakarta dalam Bis PO Ramayana

Trayek Semarang-Yogyakarta dalam Bis PO Ramayana

February 10, 2011 Leave a comment Go to comments

Ketika siang terik, panas menyengat, sebuah bis PO Ramayana jurusan Semarang-Yogyakarta melaju dengan kencangnya di jalanan. Penumpang dengan tenang mengikuti setiap irama goyangan bis yang naik turun mengikuti alur jalan. Tiada penuh sesak dan juga tak lengang penumpang; semua mendapatkan tempat duduk. Sesekali sahut-sahutan batuk penumpang terdengar. Memang saat itu sedang pergantian musim; setelah sebelumnya musim hujan berganti kemarau dengan banyak debu, saya pun juga sedang pilek dan batuk.

Seperti kebanyakan bis ekonomi, budaya nge-time di tempat-tempat strategis tak terlewatkan. Untuk mendapatkan satu-dua penumpang, awak bis rela parkir sejenak sekitar 10-15 menit. Keadaan tersebut dimanfaatkan penumpang utuk rehat sejenak, minum maupun memakan bekal. Pedagang juga tak kalah sigap. Jajanan, koran, buah-buahan, minuman dingin selalu mereka tawarkan tiada lelah. Pengamen juga setia menghibur dengan lagu dan iringan musik yang membosaankan.

Obrolan dengan bapak berumur sekitar berkepala 5 sedikit menyita perhatianku terhapap polah tingkah para penumpang yang bermacam-macam. Bapak yang turun di Bawen itu berbicara banyak tentang kebobrokan pejabat negara, sedikit para teroris dan sedikit perjuangan hidupnya. Tentang pejabat negara, tiada sama sekali kesan baik yang beliau ucapkan. Banyak korupsi, kolusi, nepotisme yang pejabat lakukan. Kebobrokan sudah terjadi di sana-sini yang merupakan warisan dari rezim Alm. Soeharto. Mungkin karena beliau berbicara dengan saya yang masih muda hingga bercerita kebobrokan pejabat dan birokrasi dengan maksud agar generasi muda tidak terjerumus pada perilaku yang merugikan bangsa dan negara. Beda cerita seandainya lawan bicaranya seumuran, mungkin yang dibicarakan tentang gawean, anak, istri, cucu dan tentang urusan lansia.

Beliau mengatakan kalau teroris di Indonesia itu bodoh. Selamanya teroris tidak akan menang melawan negara karena keberadaan tempat persembunyian teroris selalu diketahui aparat keamanan. Dengan dandanan celana kain bahan di atas mata kaki, jenggot lebat; Itu adalah salah satu ciri teroris. Orang-orang desa yang cekak pengetahuan dan pemikiran adalah ladang perekrutan anggota baru teroris. Dan bla bla bla…entah apa lagi yang beliau bicarakan tentang teroris, saya sudah agak lupa. Tentang perjuangan hidup, beliau berkata bahwa lebih baik memiliki usaha sendiri dari pada ngemis pada orang lain. Ngemis dalam arti yang bukan sebenarnya, tapi mengabdi atau bekerja pada orang atau instansi lain. Pada intinya, beliau lebih suka mandiri dengan usaha yang dijalankan, walaupun hanya sedikit menghasilkan uang. Beliau yakin bahwa dengan tekad dan kerja yang keras, jalan kesuksesan akan terbuka lebar. Beliau menambahkan bahwa penghasilan yang halal juga akan membawa barokah.

Perjalanan menggunakan sarana umum sedikit banyak memberikan manfaat. Bis umum yang di dalamnya duduk berbagai orang dengan macam-macam golongan dan lain-lain lapisan dengan tenang menikmati perjalanan dalam satu arah tujuan. Interaksi sosial melalui obrolan ringan, sedikit bersentuhan pinggul, maupun berdempetan karena berdesakan adalah salah satu “kenyamanan” tersendiri. Panas terik matahari, keringat mengucur, pengamen yang silih berganti, atau asap rokok yang kadang menganggu merupakan fasilitas yang ditawarkan dengan imbalan tarif yang murah. Merupakan gambaran kecil dari kehidupan yang beraneka ragam masyarakat jika saya mengamati penumpang dalam bis umum dengan bermacam perilakunya.

Categories: catetan perjalanan
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment